Lagu-Lagu Greyson Chance

Selamat Datang Calon Pembaca Buku-Buku Gokil Gw

Sebelum Melihat-lihat Ruangan di Blog ini, Ada Baiknya Teman-Teman Membaca Terlebih Dahulu Peraturan di Blog ini. Trim's, :)

Tampilkan postingan dengan label Ngebet Pengen Jadi Penonton bayaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ngebet Pengen Jadi Penonton bayaran. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Agustus 2020

Mengejar-Ngejar Korlap (Koordinator Lapangan)

Saat itu aku bener-bener ngebet pengen jadi penonton bayaran. Bukan karena menjadi penonton bayaran bakal mendapatkan uang saja. Tapi juga karena aku ingin agar ka’ Rian ngizinin aku pergi ke Jakarta meski nggak pulang beberapa hari. Oleh sebab itu, aku benar-benar bertekad agar hari itu juga bisa menjadi penonton bayaran.


Sekitar jam tujuh malam, aku berada di stasiun TV ANTV. Disitu aku menonton acara Campur-Campur, yang dipandu oleh ka’ Melani Ricardo beserta suami, ka’ Vincent, ka’ Yadi Sembako, Almarhum ka’ Budi Anduk, Almarhum ka’ Olga Syahputra, dan masih banyak lagi Artis-Artis lainya. *sengaja nggak di sebutin semua. Kalo disebutin semua takutnya pada nyariin aku, minta di bagi royalti buku ini, wkwkwkwk. Just Kidding ^_~


Waktu itu aku hanya berdiri di pojokan dekat pintu keluar. Karena niatku saat itu kan ingin cari tahu cara jadi penonton bayaran, bukan mau nonton acara Campur-Campur, hehe. Karena aku berdiri di sana lumayan lama, akhirnya salah satu crew ANTV mendekatiku sambil berkata.


“De’, kalo mau nonton masuk aja ke dalam, jangan berdiri di sini aja” katanya sambil tersenyum.


aku pun menjawab dengan senyum juga.


“Iya pak, nggak apa-apa aku di sini aja.”


Sekitar satu setengah jam aku berdiri di sana, belum juga mendapatkan apa yang aku inginkan. Disampingku ada seorang ibu kira-kira berumur lima puluh tahun ke atas memakai kaca mata. Sedang berbaring di atas sofa.


Sebenarnya, aku ingin sekali bertanya pada beliau tentang bagaimana caranya jadi penonton bayaran. Tapi, karena emang dasar aku orangnya pemalu, niat itu pun tak kunjung terungkap. Hingga ibu itu pergi meninggalkanku.


Lalu, beberapa menit kemudian. Datanglah seorang lelaki kemayu atau crew-crew tivi sering menyebutnya lelaki bertulang lunak *aku yakin kalian pasti tahu artinya, hehehe 


Maka kepadanya aku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Karena melihat tingkahnya seperti perempuan, aku yakin dia salah satu penonton bayaran.


“Maaf Mas! Aku mau tanya, mas penonton bayaran ya?”


Ia pun menjawab dengan rama.


“Iya, emang kenapa?”


“Aku pengen jadi penonton bayaran kayak Mas” kataku menjelaskan maksud dan tujuanku.


Lalu Ia pun menjelaskan caranya dengan singkat.


“Yah, kamu harus menemui korlapnya dong”


Mendengar itu, aku balik nanya lagi untuk memperjelas maksudnya.


“Kalau boleh tahu, korlap itu apa, terus ciri-cirinya seperti apa??”


“Korlap itu artinya koordinator lapangan. Ibu yang duduk disini tadi salah satu orangnya”


Mendengar itu, aku bergumam dalam hati. ‘Ya, andai aku tahu kalau ibu itu salah satu koordinator lapangan, pasti aku akan minta tolong dengannya.’


Tapi, aku nggak putus asa, aku kembali bertanya dengannya.


“Mas, kalau boleh tahu, ibu yang tadi itu pergi kemana?”


Untungnya Dia orang yang baik. Jadi, Dia nggak pernah bosan menjawab pertanyaanku.


“Ibu tadi, biasanya duduk di teras depan. Mau bagiin nasi kotak”


Begitu mendengar jawabanya, aku langsung bergegas menemui ibu yang dimaksud karena takut kehilangan jejaknya. Tak lupa aku berterima kasih dengan orang itu.


“Yasudah, kalau begitu aku mau menemui ibu yang tadi. Makasih banyak ya mas atas infonya?”


“Iya sama-sama.”


Aku pun pergi meninggalkan orang tadi. Dan langsung menuju tempat yang dimaksud. Begitu sampai di depan. Aku melihat ibu yang tadi berada disampingku, sedang duduk di teras gedung ANTV dekat dengan tumpukan nasi kotak.


Dengan tekad yang kuat, aku memberanikan diri menemui ibu tadi dan langsung menyampaikan maksud dan tujuanku.


“Ibu’ maaf mengganggu! Kalau boleh, aku ingin jadi penonton bayaran. Kira-kira bisa nggak Bu’?”


Lalu Ibu itu langsung mengiyakan.


“Yasudah, kalau begitu besok kamu datang lagi aja kesini terus temui aku.”


Mendengar jawaban itu aku jadi senang banget, karena apa yang aku inginkan jadi kenyataan. Aku pun kembali bertanya dengan beliau.


“Bu’, besok aku temui ibu’ dimana, terus panggil ibu’ siapa?”


Dengan singkat dan padat, ibu itu pun menjawab.


“Besok, kamu temui aku disini. Panggil saja aku Oma, orang-orang disini biasa memanggilku Oma.”


Akhirnya sejak saat itu, aku resmi jadi penonton bayaran. Horeee... ! Setelah buku ini terbit, aku tidak lagi jadi penonton bayaran. Karena perbendaharaanku untuk berbagi pengalaman sudah sangat banyak. Jadi, waktu aku habiskan untuk menulis saja, agar bisa berbagi pengalaman sama kalian semua.


Buatku, menjadi penonton bayaran sungguh sangat menyenangkan. Karena aku jadi banyak pengalaman. Tapi, bukan berarti aku akan jadi penonton bayaran selamanya. Melainkan hanya menjadikannya sebagai batu loncatan saja untukku menggapai mimpi yang sesungguhnya. Yaitu Penulis dan Motivator di bidang menggapai mimpi.


Lalu, apakah aku juga punya keinginan untuk menjadi Artis? Seperti yang sering aku lihat sebagai seorang penonton bayaran. Dan ini adalah impian para penonton bayaran pada umumnya. Jawabannya Iya dan Tidak, :)


“Kok bisa gitu sih jawabannya, yang jelas donk jawabannya.”


“Lah, emang itu kurang jelas ya? Baiklah kalau begitu akan aku jelaskan sedetail mungkin. Oke? hehe”


Yang pertama. Jawabannya Iya. Kalau aku diberi kesempatan dan jalan oleh Allah untuk jadi Artis. Karena dalam buku mimpiku, menjadi artis berada pada posisi kedua diantara mimpi-mimpiku yang lain. Dalam hal ini adalah Aktor.

Yang kedua. Jawabanya Tidak. Kalau Allah tidak meridhoi mimpiku yang satu ini. Karena meskipun mimpiku jadi Artis/Aktor tidak terwujud sebab Allah tidak ridho. Aku kan masih punya banyak mimpi yang lain. Jadi, buat apa terlalu di prioritas kan cita-cita menjadi Artis. Intinya kalau Allah ridho, Alhamdulillah Syukur. Kalau Allah tidak ridho ya orak opo-opo, hehe.


Makanya, biar tidak pusing. Kita kudu banyak mimpi. Supaya, kalau yang satu tidak terwujud. Masih ada yang lain yang bisa kita coba gali agar bisa terwujud. Membuat mimpi kan gratis. Jadi, ngapain takut membuat mimpi sebanyak yang kita inginkan. Betul nggak coy? hehe.


Ufs….! Kok ceritanya jadi ke menong-menong ya? Kalian sih pake acara nanya segala. Jadi ceritanya mulai ngawur ni dari judulnya. Tapi, sayang juga ya kalau harus di hapus. kan lumayan buat nambah-nambahin tulisan, hehe.


Kalau boleh aku mengambil kesimpulan dari cerita ini. Sesusa apa pun halangan dan rintangan yang menghalangi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Kalau kita sabar menjalaninya dan tetap semangat mengejarnya. Pasti akan kita dapatkan juga. Seperti kata pepatah Arab, yang pernah aku pelajari sewaktu di Pesantren dulu. Bunyinya seperti ini:


“Man Jadda Wajada” Yang Artinya “Barang Siapa Yang Bersungguh-Sungguh, Maka Dapatlah Ia.”


Maka dari itu, buat temen-temen dan adik-adik dimanapun berada. Jangan pernah menyerah untuk menggapai apa yang kita inginkan, ^_~